Sebelum menikah, seorang pemuda mendapatkan bekal untuk berumah tangga, termasuk bersikap kepada istrinya kelak. Biasanya bekal itu didapat dari petugas KUA yang akan menikahkannya.

Bisa juga sih bekal itu didapat dari pelatihannya, membaca bukunya, berdiskusi dengan orang lain, dan lainnya. Tapi itu tidak akan cukup selama dia mengarungi rumah tangga bersama pasangannya. Karena itu, ketika sudah menjadi seorang suami, alangkah baiknya kalau laki-laki terus menuntut ilmu tentang keluarga, termasuk berinteraksi dengan dengan pasangannya.

Beruntung kemarin ada diskusi tentang keayahan yang diadakan oleh komunitasnya Yaa Abaati. Biasanya berkaitan dengan keayahan. Namun kali ini temanya tentang peran seorang suami. Diskusinya tentang Seni Mendidik dan Membahagiakan Istri. Pematerinya adalah KH. Samson Rahman MA yang merupakan pimpinan pondok pesantren Al Qudwah Boarding School di Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Seorang istri adalah partner bagi sang suami. Meskipun seorang laki-laki adalah pemimpin tetapi penguasa di keluarga adalah seorang istri. Karena seorang istri adalah sandaran, maka seorang istri tidak boleh rapuh. Sang suami harus pintar-pintar dalam mendidik istri. Caranya bagaimana itulah yang dibahas secara mendalam pada diskusi sore itu.

Yang paling utama dalam mendidik seorang istri adalah dengan penuh kelembutan. Saya jadi ingat tentang nasyid bahwa seorang wanita ibarat kaca yang berdebu. Kalau tidak kita bersihkan, kaca itu tetap kotor. Kalau terlalu pelan membersihkannya, kaca itu tetap kotor. Namun jika terlalu keras membersihkannya, kaca itu mudah retak dan pecah. Maka takarannya harus proporsional. Dikerjakan secara profesional.

Suami perlu mempelajari dan memahami latar belakang istri. Perbedaan suku dan kondisi keluarga pasti membawa perbedaan karakter dan cara kita berinteraksi. Ustadz Samson mencontohkan bahwa beliau berasal dari suku Madura yang identik dengan keras. Seringkali dianggap kasar oleh orang lain termasuk istri beliau. Padahal, bagi orang Madura, hal itu wajar dan biasa saja. Sementara, istri beliau itu suku Sunda yang identik dengan lembut. Jadi harus pintar-pintar membawakan diri agar ‘ketemu’.

Beliau menganjurkan agar perbedaan karakter seperti ini dikomunikasikan kepada pasangan agar pasangan mengerti dengan karakter kita. Bahkan bila perlu tidak mengubah jati diri kita.

Perlu sekali bertanya kepada istri tentang apa yang membuat istri bahagia? Misalnya dia bahagia jika diajak jalan-jalan, makan bersama, rekreasi ke tempat wisata dan lainnya. Tanyakan pula apa yang kebiasaan yang bisa membuat istri bahagia. Nah sampai di sini membuat saya mengingat-ingat apakah saya sudah pernah bertanya hal ini kepada istri. Ah, jadi pengen segera pulang.

Kondisi sore itu hujan lebat. Tapi para bapak-bapak masih terus semangat. Menyimak dengan seksama atau mencatat dengan peralatan seadanya. Ada yang menggunakan tulisan dan buku. Ada pula yang mencatat menggunakan Smartphone masing-masing.

 

 

Dalam bergaul bersama istri haruslah bisa menjaga perasaannya. Hati-hati jangan sampai menyinggung istri. Kalau sudah tersinggung, bisa berabe! Berat dan susah memperbaikinya. Kecuali, ada jurus hebat untuk menakhlukkannya. 

 

Seorang suami harus bisa menghargai pekerjaan seorang istri. Akui pula keutamaan seorang istri baik hal kecil maupun hal besar. Pada dasarnya setiap wanita itu ingin dimengerti. Maka suami harus pintar memahami apa yang ingin dimengerti oleh sang istri. Baik lewat ucapan yang jelas maupun isyarat saja. Ya, sering wanita berbicara dan ingin dimengerti lewat sikapnya saja. Ini lumayan berat buat laki-laki. Tapi kalau dibiasakan melihat tanda itu.

Seorang istri biasanya suka dengan kondisi tertib dan rapi. Maka laki-laki jangan berantakan. Sayangnya, ini hal yang sulit bagi laki-laki. Benarkah?

Salah satunya tentang kebiasaan meletakkan handuk basah, begitu saja di atas kasur selesai mandi dan berpakaian. Hayooo… Ngaku. Udah pernah kan melakukannya? Jangan-jangan malah sering. Hehe…

“Lupa itu tidak dihukumi dosa. Selesai, kan. Cuma harus bisa pakai nada yang lembut bahkan bercanda agar istri tak naik tensi.” Ustadz Samson mengatakan begitu.

Apalagi kalau istri sudah naik tensi. Jangan sampai suami ikut naik tensi juga. Kalau keduanya cenderung berpotensi naik tensi, maka tensi salah satunya harus turun. Waspadai ini. Terutama pagi di jam sibuk.

Seorang istri akan bahagia jika suaminya juga menghormati keluarga istri dan keluarga-keluarganya. Menikah itu bersilaturahmi bukan hanya dengan seorang istri saja tetapi dengan keluarga besarnya. Maka, baik-baiklah dengan keluarga besar sang istri.

Tips berikutnya adalah dengan mengubah siklus hidup kita. Jangan monoton. Kejutan memberikan variasi dalam kehidupan rumah tangga. Jangan sampai ada penjara rumah tangga karena hanya di dalam rumah saja. Tapi usahakan ada rekreasi, makan di luar, belanja, refreshing, dan lainnya. Lalu bagaimana kalau kita nggak suka jalan? Hey, lakukan ini untuk istri.

Merencanakan waktu tertentu untuk liburan atau refreshing. Membahagiakan istri.

Berikutnya, seorang suami perlu menutup mata pada kesalahan kecil istri. Maklumlah kalau di rumah akan banyak insiden-insiden. Tapi berbesarhatilah. Gelas jatuh jangan sampai merusak keluarga. Sepatu atau kaos kaki berantakan tidak akan merusak rumah tangga.

 

Seseorang yang berbuat, berpotensi berbuat kesalahan. Kesalahan itu menunjukkan kalau dia melakukan sesuatu. Yang tidak pernah bersalah adalah yang tidak pernah bekerja.

Seorang suami jangan sampai menghina di depan anak-anak. Itu akan memberikan bekas kepada anak-anak. Mereka bisa mengingatnya seumur hidup mereka bahkan mengikuti yang dilakukan ayahnya. Hal itu bisa juga membawa trauma.

Menjaga perasaan seorang istri memang sangat penting. Berikan perhatian yang lebih kepada istri. Tambah terus perhatian dari hari ke hari. Terutama, saat istri dalam kondisi haidh karena hormonnya semakin berbeda. Maka sang suami harus jeli dengan kondisinya. Ingat pula apa yang membuatnya merasa diperhatikan.

Sampailah di akhir tulisan…

Ada banyak hal yang dibahas dalam diskusi itu. Banyak pula yang hadir walaupun kondisi hujan. Bahkan lebih banyak daripada sebelumnya. Pesertanya para Ayah. Bukan hanya orang tua sekolah ilalang saja tapi terbuka untuk umum. Cocok untuk para Ayah yang ingin berproses menjadi lebih baik lagi. Ilmu tentang keayahan seperti ini sangat perlu karena kondisi yang dihadapi bisa berbeda, tantangannya pun beda. Buat para ayah yang mau gabung, yuk gabung saja. Nantikan informasi selanjutnya yang biasa disebar di grup atau status media sosial.

 

Oh iya, ini ada rangkuman dari panitia yang mendokumentasikan poin-poin yang disampaikan oleh pemateri. Monggo direnungi…